Aksi Pukau 19 Pendongeng Cilik Lembata di Panggung SMPK St. Pius X
Lewoleba – Aula Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) St. Pius X Lewoleba, Lembata, pada Sabtu (01/11/2025) pagi menjelma menjadi panggung global sekaligus lokal. Sebanyak 19 talenta cilik dari 10 Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Lembata berkumpul untuk mengadu kepiawaian dalam Lomba Story Telling berbahasa Inggris. Acara yang digagas oleh English Club SMPK St. Pius X ini bukan sekadar penutup Bulan Bahasa, melainkan panggung epik tempat kearifan lokal berdialog dengan bahasa dunia. Ketegangan telah terasa sejak awal. Para peserta, yang membawa cerita mulai dari legenda klasik Indonesia hingga fabel global, memberikan penampilan yang begitu memukau, membuat dewan juri harus berjuang keras menentukan pemenang. Bahkan, panitia mencatat momen kunci bahwa hampir semua peserta memiliki kemampuan untuk "menghipnotis para penonton dan dewan juri". Kualitas tinggi ini membuktikan Lembata memiliki fondasi talenta muda yang luar biasa. Tiga dewan juri terhormat, Mr. Longginus Laga Belan S.Pd., M.Pd., Mom Maria Wilanty S.Pd., Gr., dan Mr. Ignasius Pana Witin S.Pd.Gr., harus mengerahkan seluruh pengalaman profesional mereka untuk menilai yang terbaik dari yang terbaik.
Lomba ini berakar pada visi edukatif yang jauh lebih dalam daripada sekadar menguji kemampuan bahasa asing. Koordinator English Club, Yohana Venensia Bidi Lua S.Pd., M.Hum.Gr., menjelaskan bahwa kompetisi ini bertujuan ganda: menumbuhkan kecintaan terhadap Bahasa Inggris sekaligus mengasah keterampilan penting dalam berbicara di depan umum serta ekspresi kreatif. Filosofinya tegas, bahwa storytelling adalah seni yang mampu meningkatkan imajinasi, membangun kepercayaan diri, dan yang terpenting, menghubungkan kita dengan berbagai budaya dan dunia. Dukungan institusional diperkuat oleh Kepala Sekolah dan Penanggung Jawab Utama kegiatan, Sr. Mery Grace, CB. Beliau menekankan bahwa acara ini adalah perayaan kekuatan bahasa dan kekayaan budaya lokal. Menurut Sr. Mery Grace, mendongeng merupakan bagian mendasar dari pengalaman manusia, cara efektif untuk mewariskan kearifan, berbagi sejarah, dan memicu imajinasi kolektif. Ia juga menegaskan bahwa tujuan utama bagi peserta muda adalah meningkatkan rasa percaya diri dalam berbicara di depan umum dan menginspirasi orang lain. Sesuai semangat yang diusung, semua peserta yang memiliki keberanian untuk berdiri di atas panggung sudah layak disebut juara, karena fokusnya adalah pada pengalaman berharga dan kegembiraan berbagi kisah. Keberhasilan acara ini juga merupakan cerminan dari kematangan organisasi SMPK St. Pius X. Di bawah pengawasan guru pendamping English Club, seluruh rangkaian acara dipandu dengan apik oleh siswa-siswi anggota English Club sendiri. Siswa seperti Kalista Paniem mengambil peran sebagai MC utama di acara pembukaan, sementara trio Erfa Amuntoda, Renya Labaona, dan Fiola Hadi, dipercaya menjadi pemandu acara selama jalannya lomba story telling. Keterlibatan siswa internal ini menunjukkan komitmen sekolah dalam menumbuhkan bibit kepemimpinan dan keterampilan praktis. Rangkaian acara diawali dengan sambutan dari koordinator English Club dan sambutan dari Suster Kepala Sekolah, dilanjutkan dengan momen simbolis penyerahan piala bergilir dari SDK St. Theresia Lamahora. Penampilan kelompok pengembangan diri seni tari turut memeriahkan suasana pembukaan, memberikan sentuhan artistik daerah sebelum para pencerita cilik mengambil alih panggung. Setelah melalui parade kisah yang bervariasi, dari The Legend of Maling Kundang (Dian Puspita Dewi) hingga legenda lokal Lona Kaka & Lona Rara (Elicia Rosari Labaona) , saat yang dinanti pun tiba. Tiga peserta berhasil menempati podium kehormatan dan membawa pulang trofi. Puncak tertinggi diraih oleh Gema Galgani Ina Lamatapo dari SDK Santer St Theresia, yang dinobatkan sebagai Juara 1. Gema berhasil memukau juri dengan membawakan kisah rakyat yang penuh emosi, The Crying Stone. Kisah ini merupakan contoh sempurna dari bagaimana bahasa global menyalurkan kearifan lokal. Posisi Juara 2 diamankan oleh Joane Baptista Korebima dari SDK St. Bosco Lewoleba. Joane tampil cerdas dan lincah membawakan cerita fabel The Mouse Deer & the Starving Tiger. Sementara itu, podium Juara 3 menjadi milik Mikaela Yovianni Fredela dari SDK 1 St. Tarsisius Lewoleba , yang memenangkan hati juri dengan narasi strategisnya, The Clever Fox and the Tricky Tiger.
Meskipun persaingan berlangsung sengit, suasana penutup tetap dipenuhi antusiasme dan sukacita. Sesuai visi yang dipegang, semua peserta lomba, terlepas dari hasil akhir, menerima sertifikat penghargaan sebagai pengakuan atas upaya dan keberanian mereka. Koordinator English Club menyampaikan apresiasi tulus kepada Suster Kepala Sekolah atas dukungan yang tak tergoyahkan, serta kepada guru pendamping dan orang tua yang tanpa lelah membimbing para pencerita muda. Kesuksesan Lomba Story Telling ini menegaskan komitmen SMP Katolik St. Pius X Lewoleba untuk terus menjadi tuan rumah bagi acara-acara yang menginspirasi dan mendukung pengembangan bakat di Kabupaten Lembata. Kegiatan ini diharapkan menjadi tradisi tahunan yang terus memicu kecintaan terhadap bahasa dan kisah-kisah warisan bangsa.Filosofi di Balik Keberanian di Panggung
Panggung Milik Generasi Penerus
Tiga Kisah yang Bersinar di Puncak Kemenangan
Warisan Semangat Lembata yang Terjaga




