BERITA


Kisah Tiga Bintang yang Menggugah Semangat Lembata di CCF XIII UNDANA

LEWOLEBA— Perjuangan heroik di Kupang telah usai. Di tengah riuhnya suasana Aula FKIP Universitas Nusa Cendana (UNDANA), tiga bintang akademik SMP Santo Pius X Lewoleba (Sanpio)—Lidwina Valenriesty Ina (Wiwin), Fransiskus Semakur Botoor (Sema), dan Maria Olansin (Since)—telah menyelesaikan misi mereka sebagai salah satu dari dua tim perwakilan Kabupaten Lembata dalam Lomba Cerdas Cermat Fisika (CCF) XIII tingkat SMP se-Nusa Tenggara Timur (NTT).

Meskipun langkah mereka harus terhenti di babak penyisihan grup, perjuangan "tiga bintang" ini pada 3–4 November 2025, telah menjadi cetak biru kebanggaan dan yang lebih penting, memantik semangat refleksi yang dibutuhkan untuk kemajuan pendidikan Fisika di Lembata.

Misi Tunggal Lembata di Tengah Riuh NTT

Mengusung tema "Menumbuhkan semangat berprestasi dan mengembangkan potensi akademik siswa SMP Se-Nusa Tenggara Timur," ajang CCF XIII yang diselenggarakan oleh HMPS Pendidikan Fisika FKIP UNDANA ini diikuti oleh 32 tim terbaik dari seluruh kabupaten/kota di NTT. Kabupaten Lembata, yang diwakili oleh Tim A dari Sanpio, berdiri sebagai underdog yang penuh kehormatan di tengah dominasi kontingen dari Kupang, TTS, dan Sikka.

Setelah pembukaan yang meriah, Sanpio (Tim A), yang menempati posisi Tim 4, harus berjuang di Grup E (Sesi 5). Grup ini mempertemukan mereka dengan pesaing tangguh dari Soe: SMP Katolik Sint Vianney Soe (Tim B) dan SMPN 2 Soe (Tim B), serta SMP Kristen Kasih Yobel (Tim B). Sesi ini dijadwalkan tepat setelah makan siang pada 4 November 2025, sekitar pukul 12.45 waktu setempat.

Kejar-Mengejar Skor: Saat Sanpio Memimpin di Babak Wajib

Sesi 5 ternyata menjadi salah satu sesi paling dramatis. Di babak pertama, Babak Wajib, yang menguji penguasaan konsep fundamental Fisika, Sanpio menunjukkan keunggulan yang luar biasa. Ketiga siswa kita membuktikan bahwa ilmu Fisika yang mereka pelajari di Lewoleba memiliki fondasi yang kokoh.

Sanpio sempat menyentuh posisi runner-up dengan skor gemilang 500 poin!. Mereka unggul dari SMP Kristen Kasih Yobel (450) dan jauh meninggalkan SMPN 2 Soe (200), sementara SMP Katolik Sint Vianney Soe memimpin dengan 700 poin. Momen ini adalah validasi bahwa secara keilmuan, siswa Lembata mampu bersaing di panggung provinsi.

Namun, drama tak terhindarkan terjadi di Babak Rebutan. Di arena kecepatan, tekanan, dan strategi buzzer yang tinggi, dewi fortuna berpaling. Sanpio, meskipun memiliki keunggulan konseptual, sayangnya gagal menambah poin, mengakhiri perjuangan dengan skor akhir 500. Momentum ini dimanfaatkan secara cerdik oleh SMP Kristen Kasih Yobel, yang berhasil menyalip dan mengamankan posisi runner-up dengan skor 650, mendampingi juara grup (700) melaju ke babak 16 besar.

Pulang dengan Kepala Tegak, Membawa Inspirasi Berharga

Kekalahan di Babak Rebutan ini bukanlah akhir. Sanpio mengakui kekalahan mereka.

Bagi Wiwin dan Sema, yang kini duduk di Kelas IX, ini adalah ajang terakhir mereka. Namun, proses yang mereka lalui, tidak hanya mempertajam pemahaman Fisika, tetapi juga melatih kedewasaan dan keberanian. Mereka mendapatkan modal non-akademik berupa jaringan pertemanan baru dan pemahaman standar akademik dari "para peserta hebat kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur".

Sementara itu, Maria Olansin (Since), yang masih di Kelas VIII, memegang estafet harapan. Since masih memiliki kesempatan besar untuk kembali di CCF tahun depan.

"Perjuangan kalian telah menjadi inspirasi untuk semua kita," demikian pesan dari sekolah.

Membaca Kekalahan sebagai Peta Jalan Lembata

Inilah poin terpenting: partisipasi Sanpio, meski gugur di penyisihan, harus dipandang sebagai kesempatan berharga dan katalis untuk perbaikan sistemik. Keterwakilan Lembata minim adalah data yang perlu mendorong kita semua untuk berefleksi. Ini menandakan perlunya upaya kolektif yang lebih besar untuk: (1) Memperluas Pembinaan: Agar tidak hanya Sanpio, tetapi sekolah-sekolah lain di Lembata juga memiliki kesempatan lolos dan bersaing di tingkat provinsi; (2) Meningkatkan Keterampilan Taktis: Mengingat kita unggul di Babak Wajib (konsep) tetapi gagal di Babak Rebutan (kecepatan/taktik), kurikulum pengayaan Fisika di sekolah perlu memasukkan sesi pelatihan buzzer dan pengambilan keputusan cepat.

Perjuangan Wiwin, Sema, dan Since adalah panggilan tegas bagi kita semua—terutama siswa Kelas VII dan VIII—untuk mulai menekuni Fisika dengan sungguh-sungguh. Jadikan ajang bergengsi tahunan CCF ini sebagai tujuan, dan jadikan pengalaman Sanpio sebagai acuan.

Terima kasih, Wiwin, Sema, dan Since! Perjuangan kalian tak sia-sia. Sanpio bangga, dan kalian telah membuka jalan bagi generasi Lembata berikutnya.